![]() |
Pandemi Covid-19 |
Berikut adalah salah satu alternatif jawaban
Pandemic COVID-19 merupakan masalah global sejak Desember 2019 hingga saat ini tahun 2021. Pandemi adalah penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia menurut World Health Organization (WHO), 2020. Saat ini angka kematian di dunia termasuk Indonesia semakin meningkat setiap harinya. Untuk kasus di dunia sampai dengan 28 Maret 2021, ada 126.359.540 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 2.769.473 kematian, yang dilaporkan ke WHO (WHO,2021). Dan untuk kasus di Indonesia sampai dengan 28 Maret 2021, ada 1.496.085 kasus yang terkonfirmasi, dan 40.449 kematian yang di laporkan ke kemenkes RI.(Kementrian Kesehatan RI, 2021)
Pandemic COVID-19 sangat
berdampak pada bidang social, ekonomi dan pendidikan. Salah satu dampak
pandemic COVID-19 pada bidang social ekonomi yaitu tingginya angka Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) (McIntyre, et al, 2020).
Menurut CNBC Saat ini di
Indonesia ada 2.084.593 pekerja yang dirumahkan dan 538.385 orang yang
kehilangan pekerjaan dari 31.444 perusahaan atau UMKM yang terdampak COVID data
pada bulan April 2020 dari Kementrian ketenagakerjaan. Dan pada tingkat global
sudah ada 195 juta orang yang kehilangan pekerjaan, data di ambil dari Organisasi
Buruh Internasional (CNBC,2020).
Tingginya angka PHK
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) maupun berskala kecil, social distancing, karantina wilayah dll yang
menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi membuat perusaan harus mengambil
langkah mengurangi karyawan untuk menekan angka kerugian, dan beberapa UMKM
yang harus berhenti beroperasi karna
ketidaksesuain antara pengeluaran dan pendapatan.
Dampak dari tingginya angka
PHK bagi masyarakat akan menyebabkan tingginya angka pengangguran dan
kemiskinan. (CNBC,2020). Hal-hal tersebut akan berdampak pada psikologis
seseorang, yakni kemungkinan besar terjadi adalah depresi ((McIntyre, et al,2020).
Depresi adalah sebuah
penyakit yang ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan dan kehilangan
minat terhadap kegiatan yang biasanya kita lakukan dengan senang hati. Berhenti
melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan sehari- sehari setidaknya selama dua
minggu (Kemenkes RI, 2018). Gejala yang ditimbulkan dari depresi adalah, kemurungan,
kesedihan, kehilangan gairah hidup, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna
dan putus asa, gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan), kehilangan oerasaan
senang, semangat dan
meninggalkan hobi,
kreativitan dan produktivitas menurun. Dan dampak lanjutan dari depresi yaitu
munculnya pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri (Dev Crasta, J.S.
(n.d.), 2020).
Bunuh diri adalah cara
maladaftif yang dilakukan sesorang untuk menyelesaikan masalahnya, hal yang
menyebabkan bunuh diri diantaranya isolasi social,
depresi, penyalahgunaan zat, kondisi penyakit kronis, putus asa dan kesedihan
(Overholser et al.,2018). Tanda-tanda seseorang rentan untuk melakukan bunuh
diri adalah mulai membicarakan bunuh diri, menyakiti diri sendiri, mulai
mencari akses memiliki senjata api, merasa putus asa, menarik diri dari teman,
sahabat dan keluarga, perubahan suasana hati yang drastic. Mudah marah dan tak terkendali, konsumsi minuman keras meningkat.(Infodatin,
2019) Dengan adanya peningkatan terjadinya depresi selama pandemic akibat
perubahan yang mendadak akan menyebabkan seseorang sulit beradaptasi dengan
keadaan COVID–19 sehingga menyebabkan terjadinya keputusasaan dan pada akhirnya
peningkatan angka kejadian bunuh diri.
Pandemic COVID-19 membuat banyak
perubahan dalam bidang ekonomi dan social. Kebijakan pemerintah mengenai PSBB, karantina
wilayah, social distancing, dan isolasi mandiri mempengaruhi lambatnya laju
perekonomian sehingga menyebabkan perusahaan memberhentikan pekerja atau UMKM yang
terpaksa harus tutup karna ketidaksesuaian pendapatan dengan penghasilan.
(CNBC,2019).
Pandemi yang tidak dapat
diprediksi dan belum mendapatkan kepastian seputar keselamatan publik, serta
informasi yang salah tentang COVID-19 (terutama di media sosial) seringkali
dapat mempengaruhi kesehatan mental
seseorang termasuk depresi, kecemasan, dan stres
traumatis (Cheung et al. .,
2008; Zandifar dan Badrfam, 2020).
Selain itu, masalah terkait
pandemi seperti jarak sosial, isolasi dan karantina, serta dampak sosial dan
ekonomi juga dapat memicu mediator psikologis seperti kesedihan, kekhawatiran,
ketakutan, kemarahan, gangguan, frustrasi, rasa bersalah, ketidakberdayaan,
kesepian, dan kegugupan. Ini adalah ciri-ciri umum dari penderitaan kesehatan
mental yang akan dialami banyak individu selama dan setelah pandemi (Ahorsu et
al., 2020; Banerjee,2020; Cheung et al., 2008; Xiang et al.,2020).
Dalam kasus yang ekstrim,
masalah kesehatan mental seperti itu dapat menyebabkan perilaku bunuh diri
(misalnya, keinginan untuk bunuh diri, upaya bunuh diri,dan bunuh diri yang
sebenarnya). Sudah terbukti bahwa sekitar 90% kasus bunuh diri global
disebabkan oleh individu dengan kondisi kesehatan mental seperti depresi (Mamun
dan Griffiths, 2020).
Pemerintah dan para pengambil
keputusan harus segera mempersiapkan pencegahan bunuh diri terkait COVID-19 dan
harus menjadi prioritas penting saat ini. (Shuhei Nomura, et al, 2020).
Darmawan, M. Kemal. 2022. Teori Kriminologi Edisi
Ke-3. Banten. Universitas Terbuka.
Indonesia, C. (2020, May 15).
Tidak Hanya di Indonesia, PHK Massal Terjadi di Seluruh Dunia. Retrieved from https://www.cnbcindonesia.com/news/
20200515134147-4-158791/tidak-hanya-di-indonesia-phk-massal-terjadi-di-seluruh-dunia
Lindsey L. Monteith, R. H.
(2020).Preventing Suicide in Rural Communities During the COVID-19 Pandemic.
Rural Health.
Mark É. Czeisler, R. I.
(2020). Mental Health, Substance Use, and Suicidal Ideation During the COVID-19
Pandemic — United States, June 24– 30, 2020. MMR.
Michiko Ueda, R. N. (2020).
Suicide and mental health during the COVID-19 pandemic in Japan.
Rina Tri Handayani, D. A.
(2020). PANDEMICOVID-19, RESPON IMUN TUBUH, DANHERD
IMMUNITY. Jurnal Ilmiah
Permas.
Sher, L. (2020). The impact
of the COVID19 pandemic on suicide rates.
Shuhei Nomura, e. a. (2020).
Trends in suicide in Japan by gender during the COVID-19 pandemic, up to September
2020. Psychiatry Research .
Stuart Leske, K. K. (2021).
Real-time suicide mortality data from police reports in Queensland, Australia, during
the
Demikian
Comments
Post a Comment